Mikson Yapanto Mencabut Laporan Penganiayaan di Polda Gorontalo

Mikson Yapanto Mencabut Laporan Penganiayaan di Polda Gorontalo

Keputusan Mikson Yapanto Mencabut Laporan Penganiayaan

Keputusan Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Mikson Yapanto, untuk mencabut laporan penganiayaan di Polda Gorontalo akhirnya terungkap. Keputusan ini tidak dilakukan karena tekanan politik atau kompromi kepentingan, melainkan alasan kemanusiaan yang membuatnya memilih berdamai.

Mikson mengaku luluh setelah didatangi istri-istri para penambang yang menjadi tersangka. Mereka datang bersama anak-anak, memohon agar kasus tersebut tidak berlanjut ke ranah hukum. “Sekitar seminggu lalu mereka menemui saya di DPW Nasdem Gorontalo. Saya lihat mereka datang dengan anak-anak, itu yang membuat hati saya luluh,” kata Mikson, Selasa (16/12/2025).

Ia menuturkan, pengalaman pribadi menghadapi musibah membuatnya bisa merasakan perasaan keluarga para tersangka. Menurutnya, meski para penambang tampak tenang, keluarga mereka justru menanggung beban berat di luar. “Saya tahu perasaan mereka. Mungkin para tersangka di dalam cuek saja, tetapi keluarga mereka di luar yang harus kita pikirkan,” ujarnya.

Atas dasar itu, Mikson akhirnya memutuskan untuk mencabut laporan dan memilih berdamai. Ia menegaskan bahwa langkah tersebut bukan berarti melemahkan tugasnya sebagai wakil rakyat. “Tugas saya sebagai anggota DPRD itu mengawasi, melekat. Tapi dalam hal ini saya memilih memaafkan,” tegasnya.

Peran Istri Penambang

Keputusan Mikson mendapat apresiasi dari Kris Wartabone, yang mewakili para penambang. Ia menegaskan bahwa peran besar istri-istri penambang menjadi kunci perdamaian. “Merekalah yang mendamaikan itu,” jelas Kris. Menurutnya, semua pihak kini merasa lega karena masalah dianggap selesai.

Sebelumnya, Ketua DPW Nasdem Gorontalo, Rachmat Gobel, juga menegaskan bahwa kedua pihak telah berdamai. “Pak Mikson sudah baik-baikan,” kata Rachmat. Ia menjelaskan insiden yang terjadi belum masuk pada tingkat kriminal. Rachmat menekankan bahwa tambang di Gorontalo harus dikelola dengan baik agar memberikan nilai tambah. “Kalau ada masalah itu hal yang biasa, dan itu harus kita selesaikan,” jelasnya.

Awal Kasus

Mikson Yapanto, anggota DPRD Provinsi Gorontalo dari Fraksi Nasdem, menjelaskan insiden yang dialaminya di Kantor DPD Nasdem Provinsi Gorontalo, Jumat (28/11/2025). Ia mengaku mendapat perlakuan kekerasan dari sekelompok orang terkait masalah tambang di Kabupaten Bone Bolango. Hal itu terjadi saat mereka datang meminta penjelasan terkait aktivitas sidak tambang.

Menurut Mikson, janjian melalui chat untuk bertemu berlangsung seperti biasa. Namun setelah bertemu, situasi berubah menegangkan. Ia mengaku terkejut dengan perlakuan mereka. “Saya kaget juga, sempat syok saya, kok jadi begini?” ungkapnya. Mikson menyebut bahwa ada kontak fisik yang ia alami hingga mengenai bagian leher. Namun, menurutnya, video yang beredar di publik tidak menunjukkan kejadian secara utuh.

Klarifikasi Penambang

Sejumlah penambang di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, membantah tudingan bahwa mereka melakukan penganiayaan terhadap Mikson. Mereka menegaskan insiden pada Kamis (27/11/2025) hanya berupa tarik-menarik dan tidak ada pemukulan seperti narasi yang berkembang. Penambang Suwawa, Iskandar Alaina, mengatakan bahwa pertemuan dengan Mikson berawal dari keinginan penambang meminta penjelasan soal pernyataan di media sosial yang mereka anggap menyudutkan.

“Kami hanya mau klarifikasi karena pernyataannya terasa berat sebelah. Jadi kami ajak bicara baik-baik supaya jelas,” kata Iskandar. Ia menjelaskan bahwa pertemuan pertama berlangsung di Warkop Amal, sebelum Mikson mengajak mereka pindah ke Kantor DPW Nasdem. “Beliau sendiri yang minta kita pindah ke kantor supaya lebih tenang. Kami ikut saja karena mau selesaikan baik-baik,” ujarnya.

Menurut Iskandar, tensi mulai naik ketika perdebatan semakin tajam. Namun ia menegaskan tidak ada aksi pemukulan dan situasi hanya sempat memanas. “Yang ada cuma tarik-menarik karena suasananya panas. Tidak ada baku pukul seperti yang diviralkan,” kata Iskandar. Iskandar juga menyayangkan framing yang berkembang di media sosial. Menurutnya, penambang sering digambarkan negatif tanpa melihat fakta bahwa mereka juga berkontribusi pada lingkungan sekitar.

“Kami sering dipojokkan. Padahal waktu jembatan Tulabolo Suwawa Timur rusak, penambang yang turun memperbaiki dengan biaya sendiri. Itu jarang disebut,” jelasnya. Ia turut membantah tuduhan adanya ancaman penculikan atau penggunaan senjata tajam. “Tidak ada barang tajam dan tidak ada niat mencelakai. Kami datang biasa saja, bukan bawa apa-apa,” kata Iskandar.

Dalam pertemuan itu, menurut Iskandar, Mikson juga sempat menyampaikan alasan ia datang ke lokasi tambang beberapa waktu lalu. “Beliau bilang datang karena diajak Pak Iwan Lakajo dan Pak Denu. Itu yang kami dengar langsung,” ujarnya. Iskandar mengatakan sebelum pertemuan selesai, kedua pihak sebenarnya sudah berdamai. “Kami sudah saling minta maaf dan berjabat tangan. Jadi kami kira masalah sudah selesai,” katanya. Namun laporan Mikson ke Polda Gorontalo membuat penambang kaget. Meski begitu, mereka memastikan tetap siap mengikuti proses hukum.

Penegasan Rachmat Gobel

Rachmat Gobel kemudian menegaskan bahwa tindakan Mikson melakukan sidak aktivitas pertambangan di Suwawa sudah sesuai prosedur. Ia menjelaskan bahwa Mikson sejatinya menjalankan fungsinya dalam hal pengawasan. “Semua DPR harus melakukan hal itu,” jelas Rachmat. Ia menambahkan, jika kunjungan lapangan diatur terlalu formal, maka hasilnya tidak akan sesuai kondisi di lapangan. Karena itu, sidak diperlukan.

Rachmat juga menegaskan bahwa Mikson telah berdamai dengan para penambang. “Pak Mikson sudah baik-baikan,” katanya. Ia menjelaskan insiden yang terjadi belum masuk pada tingkat kriminal. Rachmat menyebut tambang yang ada di Gorontalo harus dikelola dengan baik sehingga memberikan nilai tambah. “Kalau ada masalah itu hal yang biasa, dan itu harus kita selesaikan,” pungkasnya.



0 Response to "Mikson Yapanto Mencabut Laporan Penganiayaan di Polda Gorontalo"

Posting Komentar