
JAKARTA, Erfa News
Aroma amis yang sangat menyengat tercium begitu kuat ketika melintas di sepanjang tanggul pantai di RT 11 hingga RT 13, RW 01, Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. Bau tersebut berasal dari tumpukan limbah kulit kerang yang berada di balik tanggul, tepat di pinggir Pantai Cilincing.
Ironisnya, pantai yang seharusnya memiliki pemandangan indah justru tercemar oleh limbah kulit kerang yang tersebar di banyak titik. Limbah kulit kerang itu mencemari Pantai Cilincing sepanjang kurang lebih 500 meter. Bahkan, tumpukannya sudah setinggi sekitar lima meter, menyaingi ketinggian tanggul laut di sampingnya.
Jika dilihat dari bawah tanggul, tumpukan limbah itu menyerupai gunung yang menjulang. Warga sekitar lebih sering menyebutnya “Pulau Kerang” karena membuat sebagian wilayah Pantai Cilincing teruruk secara alami. Setiap menit, buruh pengangkut kerang membuang berkarung-karung limbah kulit kerang ke pinggir pantai, sehingga tumpukannya terus bertambah.
Kulit-kulit kerang tersebut berasal dari pabrik-pabrik rumahan yang berjarak sekitar 100 meter dari garis pantai. Di pabrik-pabrik itu, puluhan ibu-ibu Kalibaru bekerja mengupas kerang setiap hari.
"Adanya limbah tersebut karena dikupasin kan dijualnya dalam bentuk udah enggak ada kulitnya, cuma dagingnya aja," ujar salah satu kuli angkat kerang, Wawan (30), saat diwawancarai Erfa News di lokasi, Jumat (14/11/2025).
Lebih memprihatinkan lagi, banyak warga justru membuang sampah rumah tangga di atas tumpukan limbah kulit kerang, membuat aroma di lokasi itu semakin menyengat. Namun, menurut Wawan, sampah rumah tangga tersebut rutin diangkut petugas PPSU, sedangkan limbah kulit kerang dibiarkan menumpuk.
Meski aromanya sangat amis dan dipenuhi lalat, tumpukan limbah itu justru menjadi tempat favorit anak-anak. Saat sore hari, mereka bermain layang-layang dan duduk-duduk di atas tumpukan kulit kerang meski harus menghirup bau tidak sedap.
Ratusan karung limbah kulit kerang
Wawan mengatakan, satu buruh bisa membuang puluhan karung limbah kulit kerang, masing-masing berat 20 kilogram (Kg), ke pinggir Pantai Cilincing. "Setiap hari memang buangnya di sini. Buangnya sih enggak pasti, kadang-kadang banyak, kadang dikit. Tapi rata-rata 50 karung buangnya," ungkap Wawan.
Buruh lain bernama Sadi (32) juga mengaku membuang puluhan karung limbah kulit kerang ke Pinggir Pantai Cilincing setiap hari. "Tergantung, paling sedikit 60 karung, paling banyak 80 sampai 100 karung sehari," jelas dia.
Membuang limbah kulit kerang ke pinggir pantai sudah menjadi hal biasa yang dilakukan warga Cilincing sejak puluhan tahun lamanya. Hal itu disebabkan karena tidak ada tempat khusus yang disiapkan pemerintah untuk membuang limbah tersebut.
Akan terkikis alami
Meski membuang ratusan limbah kulit kerang ke pinggir pantai, warga mengaku tak khawatir. Sebab, mereka menilai kulit kerang tersebut akan terkikis dan berkurang jika terkena deburan air laut. "Ini (kulit kerang) nanti hilang sendiri terbawa laut ketarik ke tengah, terkikis," kata Sadi.
Kulit kerang yang terkena deburan ombak akan hancur menyerupai pasir dan kemudian terseret arus ke tengah laut. Hal inilah yang membuat tumpukan limbah kulit kerang di Pantai Cilincing berkurang dengan sendirinya meski prosesnya membutuhkan waktu panjang. Karena itu, tumpukan limbah kulit kerang tetap ada di lokasi ini.
Gagalnya tata kelola limbah
Pakar Lingkungan dari Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa menilai, menumpuknya limbah kulit kerang di Pantai Cilincing merupakan bentuk kegagalan tata kelola limbah di Jakarta. "Saya kira ini bentuk dari kegagalan tata kelola khususnya terkait dengan limbah untuk industri yang terkait dengan ini sektor perikanan maupun industri kecil yang mengelola," ujar Mahawan.
Mahawan mengingatkan, limbah kulit kerang tidak bisa didiamkan begitu saja meski dapat terkikis dan diharapkan hilang dengan sendirinya. Sebab, keberadaan limbah tersebut tetap akan mendatangkan dampak buruk bagi lingkungan di sekitarnya.
Pencemaran udara dan penyakit
Salah satu dampak buruk dari keberadaan limbah kulit kerang tersebut adalah mendatangkan pencemaran udara. Sebab, kulit kerang memiliki aroma amis yang begitu menyengat. Jika dibiarkan menumpuk, aromanya akan semakin tak karuan.
"Tentu saja jadi pencemaran udara karena bau, sisa-sisa kerang itu di dalamnya mungkin masih ada daging-daging yang belum terambil habis dalam produksinya sehingga masih ada yang membusuk dan itu menjadi bau," tutur Mahawan.
Jumlah limbah yang banyak membuat aroma amis yang dikeluarkan jadi lebih menyengat dan menganggu aktivitas warga di Pesisir Jakarta. Mereka yang berlalu-lalang di dekat lokasi pembuangan limbah kulit kerang akan terkena dampak negatif. "Berpotensi tentu saja penyakit, karna ada bau kan pasti ada lalat dan seterusnya," kata dia.
Pengaruhi struktur tanggul
Tak hanya polusi udara, keberadaan limbah kulit kerang juga berpotensi menganggu struktur tanggul di sampingnya. Jika jumlah kulit kerang semakin banyak, ini akan memberi tekanan pada tanggul sehingga bebannya bertambah. Ketika bebannya bertambah, dikhawatirkan tanggul tak lagi optimal dalam menghalau air laut agar tidak tumpah ke daratan.
Selain itu, limbah kulit kerang juga berpotensi menyebabkan korosi pada besi yang ada di dalam tanggul. Lalu, keberadaan limbah kulit kerang juga berpotensi menutupi saluran-saluran air yang berada dekat tanggul.
Perlu ada tempat khusus dan pemanfaatan
Mahawan menilai pemerintah harus menyiapkan tempat khusus untuk menampung limbah kulit kerang agar tidak mencemari pantai. "Di TPA enggak bisa, berarti harus ada tempat atau infrastruktur khusus untuk menangani mengelola limbah khusus perikanan dan kulit kerang," jelas Mahawan.
Pembangunan infrastruktur tersebut, kata Mahawan, harus melibatkan banyak pihak, mulai dari industri kecil, produsen, dan pengepul kulit kerang sehingga limbah bisa dimanfaatkan untuk keperluan lebih lanjut. Selain membuat tempat khusus, pemerintah harus melakukan inovasi agar limbah kulit kerang bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.
"Pemerintah dapat melakukan langkah-langkah skema penanganan limbah ini, termasuk juga pemanfaatan limbahnya untuk berbagai keperluan dengan inovasi-inovasi. Misalkan untuk pupuk atau campuran bahan bangunan, bahan kapur, dan seterusnya," kata dia. Dengan adanya inovasi-inovasi tersebut, limbah kulit kerang bisa berkurang sedikit demi sedikit.
Pengawasan yang ketat
Selain itu, pemerintah juga diminta untuk melakukan pengawasan yang ketat agar masyarakat tak lagi membuang limbah kulit kerang di pinggir pantai. Mahawan menyarankan agar warga Pesisir Utara diberikan edukasi mengenai dampak buruk pembuangan limbah kulit kerang dan potensi manfaat jika dikelola dengan benar.
"Ada semacam advokasi atau pendidikan terhadap masyarakat terkait dengan dampak-dampak dari limbah itu dan potensi manfaatnya dari limbah itu untuk dikelola lebih lanjut," tutur Mahawan. Setelah edukasi, pemerintah perlu memberikan dukungan dana agar industri kecil bisa mengolah limbah menjadi produk bernilai.
Langkah Pemprov Jakarta
Terkait persoalan limbah kulit kerang yang menumpuk di Pantai Cilincing, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta tak tinggal diam. "Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memandang penumpukan sampah cangkang kerang di wilayah Kalibaru sebagai permasalahan lingkungan yang memerlukan penanganan terpadu. Oleh karena itu, kami mengambil langkah kolaboratif dengan masyarakat setempat untuk mengatasi persoalan ini," kata Kepala DLH Jakarta Asep Kuswanto.
DLH Jakarta berkolaborasi dengan Kelompok UMKM Cangkang Kerang Hijau (Cangkring) untuk mengubah limbah kulit kerang yang tadinya menjadi sumber pencemaran menjadi bahan baku bernilai ekonomi. "Sampah cangkang kerang kini diolah menjadi berbagai produk daur ulang seperti asbak, pot bunga, hingga bahan bangunan (paving block)," tutur Asep.
Pengelolaan ini menjadi contoh penerapan ekonomi sirkular, di mana pemanfaatan limbah berjalan seiring pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ke depannya, DLH Jakarta berkomitmen mendampingi dan memperkuat inisiatif tersebut agar penanganan sampah tidak hanya menyelesaikan masalah lingkungan, tetapi juga memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat.
0 Response to "Pantai Cilincing Tenggelam dalam Limbah Kerang"
Posting Komentar